Hmmm, kali ini saya mau berbagi dengan sesama mahasiswa dan mahasiswi yang ambil jurusan komunikasi. Saya mau membagi ilmu tentang naskah berita. Di jurusan ini pasti udah ga asing lagi kan sama yang namanya berita, secara nanti lulusannya mau jadi reporter ya.. Naskah berita tuh ga sembarangan bikin lho, mesti sesuai medium yang digunakan untuk nyempein itu berita (maksud lo??), jadi naskah berita untuk TV itu pasti beda sama naskah berita untuk Koran/Cetak. Apaan aja tuh bedanya?? Nah, mari kita lihat dan pelajari bersama-sama.
- Untuk berita cetak, boleh ada lebih dari satu pikiran utama. Sedangkan untuk TV, pikiran utama ga boleh lebih dari satu. Kenapa?? karena TV itu seringkali dikonsumsi sambil lalu atau sambil mengerjakan hal yang lain sehingga konsentrasi akan terbagi, jika kita memberikan pikiran utama lebih dari satu untuk naskah berita TV, itu akan membingungkan penontonnya karena berita TV itu tidak bisa diulang kalau kita ga paham, kecuali kita pake TV yg canggih yang bisa merekam. Sedangkan koran berbeda, kalau misalnya pembaca bingung atau kurang jelas, ia bisa mengulang lagi berita tersebut dengan bembaca ulang.
- Naskah Cetak detil, Naskah TV Simpel. Nah, ini maksudnya kalau kita menulis naskah suatu berita, di koran kita boleh tulis panjang lebar, sedetil mungkin. Mis: menulis berita tentang Piala AFF, untuk koran kita bisa menuliskan sejarah berdirinya pertandingan, siapa saja yang mendirikan dsb, tapi kalu di naskah TV kita tidak bisa menulis se-detil itu, karena TV berkaitan erat dengan durasi, jadi hanya simpel dan ringkas. Tapi ingat, simpel dan ringkas itu bukan berarti pelit ya... maksudnya jelas.
- Naskah Cetak menggunakan bahasa tulis, Naskah TV menggunakan bahasa tutur. Apa sih bahasa cetak dan bahasa tutur itu?? Bahasa cetak itu adalah bahasa yang digunakan untuk keperluan cetak seperti koran tabloid dll, seddangkan bahasa tutur itu adalah bahasa yang digunakan untuk berbicara langsung, singkatnya bahasa tutur lebih mudah dipahami. Kenapa TV dan Cetak pake bahasa yang berbeda? itu alasannya sama dengan yang no. 1. contoh: "Dikatakan Irfan, bagi umat Islam, khusus di Jawa Barat yang terkenal Religius, nilai-nilai Islam itu sangan relevan dengan budaya Jawa Barat, yang mengedepankan nilai-nilai gotong royong" nah contoh tersebut merupakan contoh bahasa cetak yang saya ambil dari koran POSKOTA. Coba deh, kalian minta orang untuk membacakan berita tersebut dan kalian menutup mata, apakah kalian akan langsung memahami berita tersebut. Biasanya sih tidak. nah kalau berita tersebut dirubah dalam bahasa tutur akan jadi seperti ini: "Irfan mengatakan, umat Islam di Jawa Barat mengedepankan nilai-nilai gotong royong yang relevan dengan nilai-nilai Islam"
- Naskah Cetak boleh menggunakan Anak Kalimat, Naskah TV tidak. Apa sih anak kalimat? contoh: "Irfan Bachdim yang merupakan pemain naturalisasi berdarah Indo Belanda ini menangis saat pertandingan usai" yang digaris bawahi itu yang namanya anak kalimat, jadi anak kalimat itu menjelaskan subjek. Kalau di cetak, sah-sah saja pakai anak kalimat karena bisa diulang lagi, tapi kalao di TV jangan memakai anak kalimat karena penonton bisa kehilangan subjek yang ada, karena bingung. Selain itu, dalam bahasa tutur / tatap muka biasanya kita tidak menggunakan anak kalimat.
No comments:
Post a Comment